LATAR BELAKANG BERDIRINYA TURKI
USMANI SERTA STRATEGI DAN KEBIJAKAN PEMERINTAH TURKI USMANI
Nama
kelompok :
ü Bina maulina
ü Fella Amanda
ü khoirunnisa
ü Nasikhatul karimah
ü Rahdiani marizka
ü Sarah fitrianti
ü Syifa nursilati A.
KERAJAAN
TURKI USMANI
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam sejarah diketahui bahwa islam
mengembangkan sayapnya dengan melakukan ekspansi ke negara-negara tetangga.
Ekspansi ini bertujuan untuk meperkenalkan Islam dan memajukan Negara-negara
yang telah dikuasai.
Islam
mengalami kemajuan dan kemunduran, layaknya sebuah roda yang selalu berputar
kadang diatas dan kadang berada dibawah. Begitu pun dengan islam, kemajuan
kekuasaan Islam yang dicapai pada masa Abbasiyah, dan keruntuhannya ketika
diserang bangsa Mongol. Saat itu kekuasaan politik Islam mengalami kemunduran.
Wilayah
kekuasaan Islam terpecah-pecah kedalam kerajaan kecil yang satu sama lain
bahkan saling memusuhi. Tidak berhenti di situ, beberapa peninggalan budaya dan
peradaban Islam banyak yang hancur akibat serangan bangsa Mongol, bahkan Timur
Lenk menghancurkan pusat-pusat kekuasaan Islam yang lain.
Dalam suasana infreoritas seperti
itu, muncul kesadaran politik umat Islam secara kolektif, kesadaran kolektif ini
mengalami kemajuan dengan ditandai oleh berdirinya tiga kerajaan besar, Usmani
di Turki, Mughal di India, dan Safawi di Persia. Kerajaan Usmani inilah yang
paling pertama berdiri dan paling lama bertahan dibandingkan dua lainnya.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan
latar belakang di atas, maka permasalahan yang akan menjadi pembahasan dalam
makalah ini yaitu:
1. Bagaimana asal-usul terbentuknya kerajaan
Turki Usmani?
2. Bagaimana kemajuan Kerajaan Turki Usmani?
3. Bagaimana kemunduran dan kehancuran kerajan
Usmani?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pembentukan Kerajaan Usmani
1. Asal-usul
Terbentuknya
Dalam
sejarah Islam tercatat yang berhasil didirikan oleh bangsa Turki, yaitu Turki
Saljuk Turki Usmani. Berdirinya Turki Ysmani setelah hancurnya Turki Saljuq
yang telah berkuasa selama kurang lebih 250 tahun (1055- 1300).
Kerajaan
ini didirikan oleh bangsa Turki dari kabilah Oghuz (ughu) yang mendiami daerah
Mongol dan daerah Utara Cina, yang kemudian panda ke Turki, Persia dan Irak.
Mereka memeluk Islam kira-kira abad IX atau X, yaitu ketika mereka menetap di
Asia tengah. Hal ini karena mereka bertetangga dengan dinasti Samani dan
dinasti Ghaznawi, karena tekanan -tekanan bangsa Mongol, mereka mencari perlindungan
kepada saudara perempuannya, dinasti Saljuq. Saljuq ketika itu dibawah
kekuasaan Sultan Alauddin Kaikobad. Entogrol yang merupakan pimpinan Turki
Usmani pada waktu itu berhasil membantu Sultan Saljuq dalam menghadapi
Bizantium. Atas jasa inilah ia mendapat penghargaan dari Sultan, berupa
sebidang tanah di Asia kecil yang berbatasan dengan Bizantium. Sejak itu mereka
terus membina wilayah barunya dan memiliki Syukud sebagai Ibiu kota. Selain itu
Entogrol juga diberikan wewenang untuk memperluas wilayahnya.
Setelah Entogrol meninggal,
kedudukannya sebagai pimpinan Turki Usmani digantikan oleh anaknya Usman. Dan
setelah itu saljuq mendapat serangan bangsa Mongol, dinasti ini kemudian
terpecah menjadi dinasti-dinasti kecil. Pada saat itulah Usman mengklaim
kemerdekaan secara penuh wilayah yang didudukinya, yang semula merupakan
pemberian Sultan Saljuq sendiri, sekaligus memproklamasikan berdirinya kerajaan
Turki Usmani. Inilah asal mula mengapa kemudian diberikan nama dinasti Usmani. Hal
ini berarti bahwa putra Ertogrol inilah dianggap sebagai pendiri kerajaan
Usmani Sebagai penguasa pertama, dalam
sejarah ia disebut sebagai Usman I. Usman memerintah pada Tahun 1290 M Sampai
1326 M.
2. Kerajaan Usmani dan Exspansinya
Sebagai sultan I, Usman
lebih banyak mencurahkan perhatiannya kepada usaha-usaha untuk memantapkan
kekuasaannya dan melindunginya dari segala macam serangan, khususnya Bizantium
yang memang ingin menyerang. Exspansinya dimulai dengan menyerang daerah
perbatasan Bizantium sanmenaklukan kota Broessa Tahun 1317 M, dan Broessa
dijadikan sebagai ibu kota kerajaan.
Putra Usman, Orkhan,
memerintah pada tahun 1326-1360 M. Ia membentuk pasukan yang tangguh kemudian
dikenal dengan Inkisyariyah (Jannisary) untuk membentengi kekuasaanya. Basis
kesatuan ini berasal dari pemuda-pemuda tawanan perang. Kebijakan kemiliteran
ini lebih dikembangkan oleh pengganti Orkhan yaitu Murad I dengan membentuk
sejumlah korps atau cabang-cabang yennisary. Pembaharuan secara besar-besaran
dalam tubuh organisasi militer oleh Orkhan dan Murad I tidak hanya bentuk
perombakan personil pemimpinnya, tetapi juga dalam keanggotaanya. Seluruh
pasukan militer dididik dan dilatih dalam asrama militer dengan pembekalan
semangat perjuangan Islam. Kekuatan militer Yennisary berhasil mengubah Negara
Usmany yang baru lahir ini menjadi mesin perang yang paling kuat dan memberikan
dorongan yang besar sekali bagi penaklukan negeri-negeri non Muslim. Pada masa
Orkhan inilah dimulai usaha perluasan wilayah yang lebih agresip dibanding pada
masa Usman. Dengan mengandalkan jennisary, Orkhan dapat menaklukan Azmir
(Smirna) tahun 1327 M, Thawasyanly (1330 M), Uskandar (1338 M), Ankara (1354 M)
dan Gallipoli (1356 M). Daerah-daerah ini merupakan bagian benua Eropa yang
pertama kali diduduki oleh kerajaan Usmani.
Ekspansi yang lebih besar lagi terjadi
pada masa ini meliputi daerah Balkan, Andrinopel, Mesodonia, Sofia (Bulgaria),
dan seluruh wilayah yunani. Andrinopel kemudian dijadikan sebagai ibu kota
kerajaan yang baru.
Setelah Murad I tewas dalam pertempura
melawan pasukan Kristen, ekspansi berikutnya dilanjutkan oleh putranya Bayazid
I. Pada tahun 1391 M. Pasukan Bayazid I apat merebut benteng Philladelpia dan
Gramania atau Kirman (Iran). Dengan demikian kerajaan Usmani secara bertahap
menjadi suatu kerajaan besar. Suatu hal yang sangat disayangkan bahwa Bayazid I
tewas dalam pertempuran melawan timur lenk. Tewasnya bayasid I dan sebagian
besar pasukannya melawan hamper seluruh wilaya Usmani jatu ketangan Timur Lenk.
Kerjaan Usmani bangkit kembali pada masa
pemerintahan Murad II. Ia digelari Al-Fatih (Sang Penakluk) karena pada masanya
ekspansi Islam berlangsung secara besar-besaran. Kota penting yang berhasil
ditaklukkan adalah Konstantinopel pada tahun 1453. Dengan demikian usaha
menaklukkan Isalam atas kerajaan Romawi Timur yang dimulai sejak zaman Umar Bin
Khattab telah tercapai. Konstantinopel dijadikan ibu kita kerajaan dan namanya
diubah menjadi Istanbul (Tahta Isalm). Kejatuhan Konstantinopel memudahkan
tentara Usmani menaklukkan wilaya lainnya seperti Serbia, Albania dan Hongaria. Sekalipun Konstatinopel telah jatuh di tangan
Usmani dibawa kekuasaan Muhammad Al-Fatih, namun umat Kristen sebagai pendudduk
asli daerah tersebut tetap diberikan kebebasan beragama. Bahkan merekadibiarkan
memilih ketua-ketua dilantik oleh Sultan.
Setelah Muhammad Al-Fatih meninggal, Ia
diganikan Bayazid II. Ia lebih mementingkan kehidupan tasau daripada berperang.
Kelemahannya di bidang pemerintahan yang cenderung berdamai dengan musuh
mengakibatkan Ia tidak ditaati oleh rakyatnya, termasuk putra-putranya. Karena
seringnya terjadi perselisihan yang panjang antara dia dan putra-putranya,
akhirnya Ia mengundurkan diri dan diganti putranya, Salim I pada tahun 1512 M.
Pada masa Sultan Salim I pada tahu 1517 M. Gelar Khalifah yang disandang oleh
Al-Mutawakki alaa llah, salah seorang keturunan Banii Abbas yang selamat dari
Bangsa mongol tahun 1235 M. dan saat itu berada dalam proteksi makhluk diambil
alih oleh Sultan. Engan demikian pada masa Sultan Salim ini para Sultan Usmani
menyandang dua gelar, yaitu gelar Sultan dan gelar Khalifah. Sehingga nama
Sultan Salim pun mulai disebutkan dalam khutbah-khubah. Selain itu ia pun dalam
masa pemerintahannya selama 8 tahun menjadi penguasa dan pelindung 2 buah kota
suci yaitu Mekkah dan Madinah.
Puncak kerajaan Turki Usmani dicapai pada
masa pemerintahan Sulaeman I. Ia digelari Al-Qanuni, karena ia berhasil membuat
undan-undan yang mengatur masyarakat. Orang, barat menyebunya sebagai Sulaeman
yang agung, the magnificien. Ia menyebut dirinya sultan dari segala sultan,
raja dari segala raja, pemberian anigra mahkota bagi para raja. Pada masanya
wilayahnya meliputi dataran Eropa hingga Austria, Mesir dan Afrika Utara hingga
ke Aljazair dan Asia hingga Persia, serta meliputi lautan Hindia, Laut Arabia,
Laut merah, Laut tengah,dan Laut Hitam.
Untuk lebih jelasnya penulis akan
menyebutkan priode-priode kesultanan pada masa kerajaan Turki Usmani. Dalam
bukunya DR. Syafiq A. Mugani membagi menjadi 5 (Lima) priode yakni priode I
pada tahun 1299-1402 M. priode ke II pada tahun 1402-1566 M, priode ke III
1566-1699 M, priode ke IF pada tahun 1699-1839 M dan priode ke F pada tahun
1839-1922 M.[16]
a. Priode pertama, sultan-sultannya ialah
-Usman
I (1299-1326 M.),
-
Orkhan (1326-1359 M.),
-
Murad I (1359- 1389 M.) dan
-
Bayazid I (1389-1402 M.)
b.
Priode ke dua, sultan-sultannya ialah
- Muhammad I (14033-1421 M.),
- Murad II (1421-1451 M.),
- Muhammad II fath (1451-1481 M.),
- Bayazid II (1481-1512 M.),
- Salim II (1512-1520 M.) dan
- Sulaeman I Qanuni (1520-1566 M.)
c. Priode ke tiga, sultan-sultannya
ialah
- Salim II (1566-1699 M.),
- Murad III (1573-1596 M.),
- Muhammad III (1596-1603 M.),
- Ahmad I (1603-1617 M.),
- Mustafa I (1617-1618 M.),
- Usman II (1618-1622M.),
- Mustafa I yang kedua kalinya (1622-1623
M.),
- Murad IF (1623-1640 M.),
- Ibrahim I (1640-1648 M.),
- Muhammad IF (1648-1687 M.),
- Sulaeman III (1687-1691 M.),
- Ahmad II (1691- 1695 M.) dan
- Mustafa II (1695-1703 M.).
d. Priode ke empat, sultan-sultannya
ialah
- Ahmad III (1703-1730 M.),
- Mahmud I (1730-1754 M.),
- Usman III (1754-1757 M.),
- Mustafa III (1757-1774 M.),
- Abdul Hamid I (1774-1788 M.),
- Salim III (1789-1807 M.),
- Mustafa IF (1807-1808 M.) dan
-Mahmud II (1808-1839 M.).
e. Priode ke lima, sultan-sultannya ialah
- Abdul Majid I (1839-1861 M.),
- Abdul Azis (1861-1876 M.),
- Murad F (1876 M.),
- Abdul Hamid II (1876- 1909 M.),
-Muhammad F (1909- 1918 M.),
-Muhammad FI (1918- 1922 M.) dan
- Abdul Majid II (1922- 1924 M).[17]
Kerajaan
Turki Usmani mulai melemah semejak meninggalnya Sulaeman Al Qanuni. Para
pemimpin lemah dan pada umumnya tidak berwibawah. Selain itu para pembesar
kerajaan hidup dalam kemewahan sehingga sering terjadi penyimpangan keuangan
Negara. Sekalipun demikian serangan Eropa masih terus berlangsung terutama
penaklukkan terhadap kota Wina di Australia. Usaha penaklukkan ini ternyata
juga tidak berhasil.
B.
Kemajuan-kemajuan Turki Usmani
Perkembangan
ekspansi Turki Usmani yang sangat luas diikuti dengan kemajuan-kemajuan
diberbagai bidang, seperti:
1.
Bidang kemiliteran dan pemerintahan
Salah
satu yang menentukan keberhasilan ekspansi Usmani adalah
kebernian,keterampilan,ketangguhan dan kekuatan militernya yang sanggup
bertempur di mana saja dan kapan saja. Hal ini karena tabiat bangsa Turki
sendiri yang bersifat militer berdisiplin dan patuh terhadap aturan.
Selain itu, keberhasilan
ekspansinya juga didukung oleh terciptanya jaringan pemerintahan yang teratur.
Dalam struktur pemerintahan, Sultan sebagai penguasa tertinggi dibantu oleh
Shadr al-Azham (perdana menteri) yang membawahi pasya (gubernur). Di bawah
gubernur yerdapat al-Awaliyah (bupati). Untuk mengatur pemerintahan urusan Negara
dibentuk undang-undang (qanun) pada masa Sulaeman I, yang disebut Multaqa al-
Abhur. Undang-undang ini menjadi pegangan hukum bagi Turki Usmani sanpai
datangnya reformasi pada abad 19.
Undang-undang ini memiliki arati historis yang sangat penting karena merupakan
undang-undang pertama di dunia.
2. Bidang Ilmu Pengetahuan dan Budaya
Walaupun
pengembangan ilmu pengetahuan tidak mendapat perhatian besar Usmani, namun
mereka mengembangkan seni arsitektur berupa bangunan Masjid yang indah,
misalnya masjid Al-Muhammadi atau masjid Jami’ Sultan Muhammad Al-Fatih, masjid
agung Sulaeman dan masjid Ayyub
al-Ansari, masjid al- Ansari merupakan sebuah masjid yang semula adalah
gereja Aya Shopia. Kesemua masjid ini dihiasi dengan kaligrafi yang indah.
Pada masa Sulaeman banyak dibangun
masjid, sekolah, rumah sakit, gedung-gedung, pemakaman, saluran air, filla dan
permandian umum terutama dikota-kota besar. Sisebutkan bahwa 235 buah dari
bangunan itu dibangun dibawah kordinator hojasinan. Seorang arsitek asal
Anatolia.
Kemajuan dibidang intelektual pada
masa pemerintahan Turki Usmani tidak begitu menonjol, adapun aspek-aspek
intelektual yang dicapai yaitu:
a. Terdapat dua buah surat kabar yang
muncul pada masa itu, yaitu berita harian terkini Feka ( 1831 ) dan jurnal
Tasfiri efkyar (1862) dan terjukani ahfal (1860).
b. Terjadi tranfomasi pendidikan, dengan
mendirikan sekolah-sekolah dasar dan menengah (1881) dan perguruan tinggi
(1869), juga mendirikan Fakultas kedokteran dan fakultas Hukum. Disamping itu
para belajar yang berprestasi dikirim keprancis untuk melanjutkan studinya,
yang sebelumnya itu tidak pernah terjadi.[22]
3. Bidang keagamaan
Dalam tradisi, Agama memiliki
peranan penting dalam kehidupan sosial dan politik. Pihak penguasa sangat
terikat dengan syariat Islam sehingga fatwa Ulama menjadi hukum yang berlaku.
Mufti sebagi pejabat urusan Agama tertinggi berwenag member fatwa resmi
terhadap problem keagamaan. Tanpa legitimasi Mufti keputusan hukum kerajaan
tidak bias berjalan. Pada masa ini kegiatan terus berkembang pesat. Al-bektasi
dan Al-maulawi merupakan dua aliran tarekat yang paling besar. Tarekat bektasi
sangat berpengaruh terhadap kalangan tentara sehingga mereka sering disebut
tentara bektasi Yennisari. Sementara tarekat maulawi berpengaru besar dan mendapat
dukungan dari penguasa dalam mengimbangi yennisari bektasi. Ilmu pengetahuan
seperti fikhi, tafsir, kalam dan lain-lain, tidak mengalami perkembangan.
Kebanyakan penguasa Usmani cenderung bersikap taklid dan fanatik terhadap suatu
mazhab dan menentang mazhab-mazhab lainnya.
Menurut Ajid Tahir dalam bukunya
menyebutkan bahwa faktor-faktor yang menyebabkan sehingga Turki Usmani
memperoleh keamjuan antara lain :
a. Adanya sistem pemberian hadiah berupa
tanah kepada tentara yang berjasa ,
b. Tidak adanya diskriminasi dari pihak
penguasa,
c. Kepengurusan organisasi yang cakap,
d. Pihak Turki memberikan perlakuan baik
terhadap saudara-saudara baru dan memberikan kepada mereka hak rakyat secara
penuh,
e. Turki telah menggunakan tenaga-tenaga
profesional dan terampil,
f. Kedudukan sosial orang-orang Turki telah
menrik minat penduduk negeri-negeri Balkan untuk memeluk agama Islam,
g. Rakyat memeluk agama Kristen hanya
dibebani biaya perlindungan (jizyah) yang relatife murah dibandingkan pada masa
Bizantium,
h. Semua penduduk memperoleh kebebasan untuk
menjalankan kepercayaannya masing-masing dan
i. Karena Turki tidak fanatik agama,
wilayah-wilayah Turki menjadi tempat perlindungan orang-orang Yahudi dari
serangan kerajaan Kristen di Spanyol dan Portugal pada abad XFI. [24]
C. Kemunduran dan Kehancuran Turki Usmani
Pemerintahan sultan Turki yang ke X, yaitu Sulaeman I
(1520-1566) merupakan masa pemerintahan terpanjang dibangdingkan dengan
Sultan-Sultan lainnya. Selama pemerintahannya berhasil meraih kesuksesan dengan
masuknya beberapa wilayah Negara besara Turki. Bahkan mempersatukan umat Islam
dengan non Muslim dibawah kekuasaannya. Namun disisi lain tanda-tanda
keruntuhan juga sudah mulai muncul kepermukaan. Pandangan tersebut lebih
disebabkan oleh ketergantungan kerajaan ini kepada kesinambungan kekuatan
politik seorang Sultan.
Periode
keruntuhan kerajaan Turki Usamani
termanifestasi dalam dua priode yang berbeda pula, yaitu : pertama, priode
desentrallisasi yang dimulai pada awal pemeritahan Sulatan Salim II (1566-1574)
hingga tahun 1683 ketika angkatan bersenjata Turki,Usmani gagak dalam merebut
kota Fiena untuk kedua kalinya. Kedua, priode dekompresi yang terjadi dengan
munculnya anarki internal yang dipadukan denagn lepasnya wilayah taklukan satu
per satu.
Pada abad ke 16 kelompok derfisme
telah menjadi kelompok yang solid dan mendominasi kekuatan politik bahkan
menggeser posisi para aristoerat Turki tua. Namun pada prkembangan selanjutnya
terjadi konflik intern yang menyebabkan mereka berkotak-kotak dan terjebak
dalam politik praktis. Mereka menngkondisikan Sultan agar lebih suka tinggal
menghabiskan waktunya di Istana Keputren ketimbang urusan pemerintahan, agar
tidak terlibat langsung dalam intrik-intrik politik yang mereka rancang. Dengan mengeploitasi posisinya di mata
penguasa terhadap rakyat mereka memanipulasi pajak dengan kewajiban tambahan
kepada petani, akibatnya banyak penduduk yang berusaha untuk masuk ke dalam
korp Jannisari. Hal ini mengakibatkan membengkakanya jumlah keanggotaan
Jannisari yang hingga pertengahan abad ketujuh belas mencapai jumlah 200.000 orang.
Faktor-Faktor penyebab hancurnya
Turki Usmani. Untuk menentukan faktor penyebab utama kehancuran kerajaan Turki
usmani merupakan persoalan yang tidak mudah. Alam sejarah lima abad akhir abad
ke tiga belas smpai abad ke Sembilan belas Kerajaan Turki Usmani merupakan
sebuah proses sejarah panjang yang tidak terjadi secara tiba-tiba.
Mengamati sejarah keruntuhan
Kerajaan Turki Usmani, dalam bukunya Syafiq A. Mughani melihat tiga hal
kehancuran Turki Usmani, yaitu melemahnya sistem birokrasi dan kekuatan
militer Turki Usmani, kehancuran
perekonomian kerajaan dan munculnya kekuatan baru di daratan Eropa serta
serangan balik terhadap Turki Usmani.
1. Kelemahan para Sultan dan sistem
birokrasi
Ketergantungan
sistem birokrasi sultan Usmani kepada kemampuan seorang sultan dalam
mengendalikan pemerintahan menjadikan institusi politik ini menjadi rentang
terhadap kejatuhan kerajaan. Seorang sultan yang cukup lemah cukup membuat
peluang bagi degradasi politik di kerajaan Turki Usmani. Ketika terjadi
benturan kepentingan di kalangan elit politik maka dengan mudah mereka
berkotak-kotak dan terjebak dalam sebuah perjuangan politik yang tidak berarti.
Masing-masing kelompok membuat kualisi dengan janji kemakmuran, Sultan
dikondisikan dengan lebih suka menghabiskan waktunya di istana dibanding urusan
pemerintahan agar tidak terlibat langsung dalam intrik-intrik politik yang
mereka rancang. Pelimpahan wewenan kekuasaan pada perdan menteri untuk
mengendalikan roda pemerintahan. Praktik money politik di kalangan elit,
pertukaran penjagaan wilayah perbatasan dari pasukan kefelerike tangan pasukan
inpantri serta meluasnya beberapa pemberontakan oleh korp Jarrisari , untuk
menggulingkan kekuasaan merupakan ketidak berdayaan sultan dan kelemahan sistem
birokrasi yang mewarnai perjalanan kerajaan Turki Usmani.
2. Kemerosotan kondisi sosial ekonomi
Perubahan
mendasar terjadi terjadi pada jumlah penduduk kerajaan sebagaimana terjadi pada
struktur ekonomi dan keuangan. Kerajaan akhirnya menghadapi problem internal
sebagai dampak pertumbuhan perdagangan dsn ekonomi internasional. Kemampuan
kerajaan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri mulai melemah, pada saat bangsa
Eropa telah mengembangkan struktur kekuatan ekonomi dan keuangan bagi kepentingan
mereka sendiri. Perubahan politik dan kependudukan saling bersinggungan dengan
perubahan penting di bidang ekonomi. Esentralisasi kekuasaan dan munculnya
pengaruh pejabat daerah memberikan konstribusi bagi runtuhnya ekonomi
tradisional kerajaan Turki Usmani.
3. Munculnya kekuatan Eropa
Munculnya
politik baru di daratan Eropa dapat dianaggap secara umum faktor yang
mempercepat proses keruntuhan kerajaan Turki Usmani.Konfrontasi langsung pada
dengan kekuatan Eropa berawal pada abad ke XFI, ketika masing-masing kekuatan
ekonomi berusaha mengatur tata ekonomi dunia. Ketika kerajaan Usmani sibuk
membenahi Negara dan masyarakat, bangsa Eropa malah menggalang militer, Ekonomi
dan tekhnologi dan mengambil mamfaat dari kelemahan kerajaan Turki Usmani.
v Faktor-faktor keruntuhan Kerajaan Turki Usmanin dapat
dikategorikan menjadi dua bagian, yaitu: secara internal dan eksternal, secara
internal, yaitu:
- Luasnya wilayah kekuasaan dan
buruknya sistem pemerintahan yang ditangani oleh orang-orang berikutnya yang
tidak cakap, hilangnya keadilan, merajalelalanya korupsi dan meningkatnya
kriminalitas, merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap keruntuhan
kerajaan Usmani,
- Heterogenitas pendududk dan agama,
- Kehidupan yang istimewa dan
bermegahan dan
- Merosotnya perekonomian Negara akibat
peperangan Turki mengalami kekalahan.
Secara
eksternal, yaitu:
- Timbulnya gerakan nasionalisme,
bangsa-bangsa yang tunduk pada kerajaan Turki berkuasa, mulai menyadari
kelemahan dinasti tersebut,
- Terjadinya kemajuan tekhnologi di
Baratn, khususnya dalam bidang persenjataan. Sedangkan Turki mengalami stagnasi Ilmu pengetahuan
sehingga jika terjadi perang, Turki selalu mengalami kekalahan.
Perang
dunia pertama melengkapi proses kehancuran kerajaan Turki Usmani, pada bulan
desember 1914, Turki Usmani melibatkan diri dalam perang dunia dan berada di
pihak Jerman dan Austria. Bantuan militer dan ekonomi Jerman, kekuatan terhadap
kekuatan Rusia serta keinginan keinginan untuk menyelamatkan kendali Turki
Usmani menjadi alas an ketelibatan Turki dalam peristiwa tersebut. Pada tahun
1918, aliansi bangsa-bansa Eropa mengalahkan aliansi militer Jerman, Turki dan
Austria. Memasuki tahun 1920, kerajaanTurki Usmani kehilangan keseluruhan
propinsi yang ada di semenanjung Baalka, Mesir menjadi kemudian Negara
protektorat Inggris dan bebas secara total dari kekuasaan kerajaan Turki
Usmani.
BAB III
PENUTUP
Berdasarkan
uraian pada bab sebelumnya, pembahasan tentang kerajaan Turki Usmani, maka
pembuat makalah dapat menarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Turki Usmani merupakan slah satu kerajaan
yang didirikan oleh bangsa Turki setelah runtuhnya kerajaanTurki Saljuq.
Entogrol adalah pembuka jalan berdirinya Turki Usmani putranya Usman sebagai
proklamator Kerajaan Turki Usmani tahun
1300 M. Turki Usmani adalah salah satu dari tiga kerajaan islam yang muncul
setelah jatuhnya Baghdad.
2. Kemajuan Turki Usmani dapat dilihat dari
bidang kemiliteran dan pemerintahan, terbukti bahwa kekuatan militer Usmani
adalah salah satu faktor sangat yang menentukan
keberhasilan ekspansi Turki Usmani, kemajuan lain yang dapat dilihat
yaitu: kemajuan dalam bidang budaya khususnya bangunan fisik. Di bidang Ilmu
pengetahuan kemajuan Usmani tidak begitu menonjol dibandingkan kemajuan di
bidang lainnya, sehingga tidak seorang pun ilmuan Islam yang diklaim sebagai
produk dari Turki Usmani.
3. Kemunduran dan kehancuran Turki Usmani
disebabkan oleh beberapa faktor antara lain: kelemahan para sultan dan sistem
birokrasi, kemerosotan ekonomi dan munculnya kekuata Eropa. Peran Turki tidak
dapat dikesampingkan, karena dengan luasnya daerah kekuasaan yang membentang
dari Asia hingga Eropa dalam rentang
waktu yang relatif lama, lebih dari enam
abad, maka terjadilah intraksi peradabandengan berbagai wilayah yang berada di
bawah kekuasaan Turki dan saling mempengaruhi, sehingga peradaban yang lebih
kuat banyak memberikan pengaruh terhadap peradaban yang lebih lemah.
DATAR
PUSTAKA
Ali, K. A, Study Of Islamic History,
Diterjemahkan Oleh Ghufron A. Mas adi, Sejarah Islam: Tarikh Pramodern. ( Cet.
II; Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2000.
Black, Anthony, The History Of Islamic
Political Though rom The Prophet To The Present, Dialihbahasakan oleh Abdullah
Ali. Jakarta: Jakarta: Seranbi Ilmu Semesta, 2006.
Hitti, Phillip, K. History Of The Arabs ;
rom Earliest Times To The Present, Dialihbahasakan oleh Cecep Lukman,
Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 2006.
Ibrahim, Hassan, Islamic History And Culture.
Dialihbahasakan oleh Djahdan, Sejarah dan Kebudayaan Islam, Yogyakarta: Kot
Kembang, 1989.
Mahmudunassir, Islam; Konsepsi Dan Sejarah,
Bandung: Remaja Rosdakarya, 1994.
Mughani, Syafik, A, Sejarah Kebudayaan
Islam Di Turki, Cet. I; Jakarta: Logos, 1997.
Thohir, Ajid, Perkembangan Peradaban Di
Kawasan Dunia Islam, Melacak Akar-Akar
Sejarah, Sosial Politik Dan Budaya Ummat Islam,
Jakarta; PT. Raja Grafindo Persada, 2004.
Yatim, Badri, Sejarah Dan Peradaban
Islam, Jakarta: PT. Raja Gra indo
Persada, 2001.